TAKDIR CINTA

  1. TAKDIR CINTA

Oleh: Dian Ayu

      Pagi hari  angin menghembus kencang ke arahku. Aku yang berada di jendela kamar, entah mengapa aku  sedang mengagumi seseorang. Tetapi aku tidak pernah berharap untuk memilikinya. Cukup Allah saja sebaik baiknya perencana .

 

      Aku melangkah menuju pintu rumahku. Ada yang mengetuk pintu, entah itu siapa. Kemudian aku buka perlahan , aku melihatnya ternyata  itu Karin. Hampir saja aku panik, ia menghampiriku karena ingin berangkat ke tempat kuliah kami.

          Pertengahan jalan motornya terhenti. Ternyata di depanya ada  sebuah  mobil. Kaca mobil itu terbuka, aku tidak sengaja melihat kaca mobil tersebut. Ternyata yang berada di kendaraan itu adalah Ibrahim. Lelaki yang selama ini aku kagumi, karena akhlaknya begitu baik, membuat diriku mengaguminya.

 

          Ibrahim menoleh ke arahku, aku pun langsung membuang muka darinya. Motor kami pun mulai berjalan cepat.

        Sampainya di UNIVERSITAS AL GAJAH . Aku dan Karin  menuju ruangan kami. Tak sengaja di perjalanan  aku tidak melihat jalan hanya fokus dengan ponsel, hingga buku yang berada di lelaki itu terjatuh. Aku mengambilnya karena merasa sangat bersalah. Aku lihat ada sebuah  novel yang berjudul "JODOH TAK AKAN KEMANA". Aku mengambilnya lalu aku berikan kepada lelaki itu.

 

           “Maaf aku tidak sengaja,“ ucapku gugup.

           “Tidak apa – apa,” ucapnya.

   Aku menengok ke arahnya, tidak pernah menyangka ternyata lelaki itu adalah Ibrahim.  Aku hanya terdiam melihatnya.

        “Terima kasih sudah mengambil buku ini,” ucap Ibrahim.

         “sama - sama," ucapku.

       Aku pergi bersama Karin menuju ruangan. Karin terus tersenyum meledekku.

   “Ayna bagaimana perasaanmu?" ucap Karin tertawa.

        “Sudah jangan meledekku,“ ucapku.

      “Oh ya  kamu tadi baca judul novelnya bukan?” tanya Karin.

    “Tidak sengaja aku lihat, karena berada di hadapanku,” ucapku.

          “Judulnya tentang jodoh, kan?”

          “Bagaimana kamu tahu?“ ucapku.

        “Ya iyalah, aku tahu. Kan aku lihat tadi pas kamu ambil bukunya." Ucap Karin.

          “Sama saja ujung–ujungnya melihat,” ucapku.

       Ibrahim adalah seorang lelaki yang sholeh, pintar agama, baik, dan juga ganteng. Ia termasuk keturunan Arab. Namun ia tinggal di Indonesia. Ia memang sudah pernah dijodohkan oleh pilihan Abi dan Ummi. Namun sayangnya tidak berjodoh. Akhirnya ia belum mempunyai pendamping hidup yang tepat.

Beberapa hari kemudian....

        Aku dan kirana sedang berjalan – jalan menaiki motor.

         “Kita  hanya keliling saja," ucap Karin.

     “Ya siapa tahu nanti bertemu jodoh” ucapku tertawa.

         “Hm kalo Ibrahim bagaimana?” ucap Karin.

  Aku hanya tersenyum, aku memang mengaguminya, namun entah dengan Ibrahim. Apakah ia mempunyai rasa yang sama? Wajar saja jika sekedar menyukai ataupun mengagumi. Jika ingin serius lamar saja.

    Tengah perjalanan Ibrahim sedang duduk di taman. Melihatnya Kirana pun meledekku. Memang tak menyangka ia pun berada di sini.

      Awan mulai gelap, angin menghembus sangat kencang. Ibrahim yang sedang membaca sebuah buku, ia pun menengok ke samping. Ibrahim tersenyum ke arahku  yang  berada di motor.

 

       “Ayna, Ibrahim tersenyum ke arahmu. Hm... apa mungkin diam–diam Ibrahim menyukaimu?” ucap Karin.

         “Tidak mungkin,“ ucapku.

        “Takdir, mana tahu. kamu bilang tidak  mungkin, tetapi jika Allah berkata lain?” ucapnya.

      Mendengarnya serasa seperti mimpi, aku tidak pernah berharap apa pun dari manusia.

     Kami segera pergi karena hujan turun. Ibrahim yang berjalan dengan memakai payung ia berhenti sejenak, melihat sebuah gelang tergeletak di jalan. Ia pun mengambilnya, gelang tersebut ada sebuah huruf (A). Ia melihat ke arah kanan dan kiri tidak ada orang di sini. Kemudian Ibrahim mengambilnya.

          “Gelangku ke mana?“ ucapku terkejut.

       “Ada di tangan kamu pastinya. Mana mungkin gelang bisa jalan sendiri” ucap Karin.

     “Nanti jika memang itu milikku pasti akan kembali“ ucapku.

      Sampainya di rumah, abi dan ummi Ibrahim bertanya kepada dirinya tentang pendamping hidupnya.

        “Abi, ummi, Ibrahim sudah memiliki wanita yang Insya Allah  tepat.” Ucapnya.

        Apakah wanita yang di maksud Ibrahim adalah Ayna? Lalu bagaimana dengannya jika Ibrahim melamar dirinya. Tidak akan menyangka.

 

      Pagi hari aku duduk di taman dekat tempat kuliah. Ibrahim melihatku, ia membawa kan gelang yang kemarin jatuh di jalan. Karin menuju diriku yang sedang fokus membaca sebuah buku.

    “Fokus banget bacanya” ucap Karin  menggodaku.

 

              “Biasa“ ucapku singkat.

        Ibrahim menuju arahku. Ia berdiri di dekat pohon yang berada di depan tempat duduk. Karin terkejut melihat Ibrahim. Ayna tidak menyadarinya, jika ia tahu pasti girang.

 

          “ Ayna“ ucap Karin menyenggolku.

          “Apaan!“ ucapku.

          “Ada itu... ada...” ucap Karin gugup.

      “Ada siapa sih. Hanya kita berdua di taman.” ucapku sedikit kesal karena sedang membaca novel.

          “Ada Ibrahim.“ ucap Karin berbisik pelan.

     Aku tutup buku itu, kemudian aku menoleh. Ternyata memang ada Ibrahim hatiku berdetak sangat kencang. Ibrahim memberikan sebuah gelang kepadaku.

 

     “Ini gelangmu bukan?” ucap Ibrahim sangat lembut dan menyentuh hati.

          “Ia benar. Terima kasih.“ ucapku

       “Sama- sama. Ayna nanti temui saya di Cafe dekat taman sari,“ ucap Ibrahim.

           “Baiklah.“ ucapku.

       Aku senangnya bukan main. Baru kali ini Ibrahim mengobrol bahkan mengajakku untuk ke Cafe. Ada apa ini  mengapa hatiku gugup seketika.

        “Ayna apa mungkin Ibrahim ingin melamarmu?" ucap Karin tersenyum.

       “Hanya Allah yang tahu. Jika Allah berkehendak" ucapku.

      Sampainya di Cafe aku duduk. Ibrahim pun sudah datang menungguku. Aku gugup sebenarnya Ibrahim ingin berbicara tentang apa.

           “Saya ingin  Taaruf" ucapnya.

        Aku merasa kecewa mendengar Ibrahim ingin taaruf dengan wanita lain. Mungkin ini bukan takdirku.

      “Oh selamat ya. Semoga mendapat pendamping yang tepat” ucapku.

      “Amin. Kamu mendoakan diri kamu sendiri” ucap Ibrahim.

   “Maksudnya apaan?“ tanyaku sedikit kebingungan.

       "Saya ingin taaruf bersama kamu“ ucap Ibrahim.

      Aku terkejut hingga terselak minuman yang aku minum barusan.

       “Aku?” tanyaku.

       “Ya. Apakah kamu menerima?” ucap Ibrahim.

   "Ibrahim aku menerima taaruf serta lamaran kamu. Insya Allah jika Allah berkehendak” ucapku.

    Yakinlah jika ia jodohmu pasti akan kembali untukmu. Karena jodoh tidak akan tertukar, yang tidak mungkin akan menjadi mungkin selagi itu takdir dan milikmu. Takdir cinta seorang wanita yang tersampaikan pada lelaki yang ia kagumi.

 

 

 

 

 

 

 

Enjoyed this article? Stay informed by joining our newsletter!

Comments

You must be logged in to post a comment.

Penulis

Admin Ruang Sekolah

Tulisan Baru
Feb 19, 2024, 12:11 PM - Ruang Sekolah
Feb 19, 2024, 12:09 PM - Ruang Sekolah
Feb 19, 2024, 12:05 PM - Ruang Sekolah
Feb 19, 2024, 12:03 PM - Ruang Sekolah
Feb 19, 2024, 11:59 AM - Ruang Sekolah