Sumpah Pemuda Dan Fundamentalisme Agama

Perjalanan bangsa ini tidak terlepas dari beragam persoalan kemanusiaan. Salah satu persoalan kemanusiaan yang dihadapi adalah persoalan fundamentalisme agama.

Fundamentalisme agama secara harafiah diartikan sebagai paham sekelompok orang yang yang ingin memperbaharui  agama dan politik. Dengan sifatnya yang kolot dan reaksioner paham ini bertujuan kembali kepada ajaran tradisional dalam agama tertentu untuk menghadapi sekularisasi.

Hasil dari gerakan ini mengakibatkan terganggunya sistem demokrasi. Roh demokrasi yang dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat dirombak sebagai yang dari agama, oleh agama dan untuk agama.

Baca Juga: Lirik Lagu Beres Kerrong 2022, Musik Madura Viral di TikTok

Landasan politik dalam kerangka pemerintahan pun menjadi kacau. Pemimpin rakyat dipilih dengan berbasis pada agama tertentu.  Inilah yang mengakibatkan revisi undang-undang seringkali mamihak pada nilai-nilai tradisional agama tertentu.

Pada akhirnya, demokrasi dan sistem politik bangsa ini menjadi pincang. Orang tidak lagi bersatu sebagai satu bangsa, satu tanah air, dan satu bahasa. Setiap orang diintervensi untuk membentuk kelompok hegemoni sesuai basis ajaran tradisional agamanya.

Nilai-nilai persatuan menjadi minim untuk dihayati. Dan bangsa ini kemudian terus bergerak dalam alur penindasan dan intoleransi.

Hakekat Sumpah Pemuda

Idealisme dalam mencetuskan sumpah pemuda terjadi pada kongres pemuda II pada tanggal 27 sampai 28 Oktober 1928 di Batavia (Jakarta).

Baca Juga: Siswa SMK Bisa Kuliah??

Hadir dalam kongres ini adalah Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI), Jong Sumatera, Pemuda Kaum Betawi, dan lainya.

Turut hadir pemuda peranakan kaum Tionghoa seperti Oey Kay Siang. Juga hadir Wage Rudolf Supratman yang memainkan lagi Indonesia Raya dengan alunan biolanya.

Dalam kongres pemudah II ini setelah melalui proses sidang maka disahkan isi sumpah pemuda yakni kami putra dan putri mengaku, bertumpah darah satu, tanah air Indonesia, kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia, kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Isi dari ketiga rumusan sumpah pemuda ini merupakan tonggak sejarah yang menggerakan kesadaran akan persatuan bangsa.

Menyentil Gun Gun Heryanto dalam bukunya Literasi Politik (2019) dan Sri Sudarmimiyatun dalam bukunya Makna Sumpah Pemuda (2012) mengungkapkan bahwa hakekat dari isi sumpah pemuda adalah bahwa peristiwa sejarah yang terjadi mengajarkan kepada bangsa ini nilai-nilai persatuan dan kesatuan. Menyatukan berbagai paham dan pendapat, suku ras, dan agama.

Hakekat ini dilandasi dengan kesadaran bahwa seluruh perbedaan dapat disatukan melalui perwujudan Bhineka tunggal ika “berbeda-beda tetapi tetap satu”.   

Hakekat inilah yang menjadi  fondasi bagi perjalanan demokrasi dan sistem politik bangsa ini. Demokrasi dan sistem politik bisa terus bertumbuh ke arah kesejahteraan hanya jika hakekat ini sungguh disadari oleh semua masyarakat.

Baca Juga: Siklus Pertemanan dalam Dunia Perkuliahan

Bebas Dari Fundamentalisme Agama  

Bangsa ini hanya bisa bebas dari fundamentaisme agama, apabila anak-anak, orang tua, dan semua pihak memiliki kesadaran untuk menghayati dan menginternalisasikan hakekat dari isi sumpah pemuda.

Kesadaran menginternalisasikan hakekat sumpah pemuda perlu ditopang dengan kerja sama dari berbagai pihak, baik pemeritah maupun non pemerintah. Kerja sama itu dapat berupa sosialisasi kepada masyarakat dan musyarawah bersama.

Pada akhirnya, bila kesadaran ini terus dipupuk maka, tidak ada lagi kebebasan untuk untuk menafsirkan nilai-nilai agama secara ortodoks, dan tidak ada lagi upaya untuk kembali kepada ajaran agama tradisional yang secara sepihak bertentangan dengan nilai-nilai kemasyarakatan.

Tidak ada lagi lobi-lobi dalam pemerintahan dengan berbasis pada agama. Dengan demikian, sistem demokrasi dan tata politik bangsa ini bisa berjalan pada koridor yang berdasarkan asas dan ruh dari demokrasi. Dan, bangsa ini menjadi suatu komunitas bersama yang terarah kepada yang baik secara utuh dan universal.

 

   

Enjoyed this article? Stay informed by joining our newsletter!

Comments

You must be logged in to post a comment.

Related Articles
Penulis
Tulisan Baru
Feb 19, 2024, 12:11 PM - Ruang Sekolah
Feb 19, 2024, 12:09 PM - Ruang Sekolah
Feb 19, 2024, 12:05 PM - Ruang Sekolah
Feb 19, 2024, 12:03 PM - Ruang Sekolah
Feb 19, 2024, 11:59 AM - Ruang Sekolah