Senja Dan Kenangan

Dari sini semua kisah kelam itu dimulai.

“Rasya”, “RASYA”, “WOOIII RASYA TULI,” seru gadis kecil dengan rambut kepang duanya memanggil sambil teriak di depan kamar seorang anak laki laki dan jangan lupa sesekali menggedor pintu yang ada di depannya.

“Apa, Alea?” sahut Rasya dengan malas sambil membuka sedikit pintu kamarnya. Namun Alea langsung masuk. “Bangun dasar kebo uda sore gak bangun juga,” sunggut gadis itu kesal sambil merebahkan badan nya dikasur lelaki itu.

Rasya hanya menggeleng melihat sahabatnya yang sedang melamun.

“Ada masalah ya dirumah?” Alea langsung mendudukkan tubuhnya dan menatap Rasya sendu. Rasya yang melihat itu langsung duduk di samping Alea. 

“Mau ke taman?” tawar Rasya, ia tahu kalau sahabatnya butuh ketenangan. Alea menggeleng dan berdiri sambil menjewer telinga Rasya.

“Aduh, aduh,, aduh. Sakit goblok,” ucap Rasya sambil berusaha melepas tangan Alea dari telinganya.

“Siapa suruh kamu belum mandi. Ngajak ke taman kamu sendiri aja belum mandi. Huh!! Dasar!!!” 

“Iya ini mau mandi Alea tapi lepas dulu ini.” Menunjuk tangan Alea yg berada di telinganya. Alea langsung melepaskan dan mengusap telinga Rasya yang memerah. Namun sedetik kemudian Alea memukul kuat telinga Rasya sambil berlari keluar. Rasya meringis namun langsung terkekeh saat mendengar suara cempreng temannya yang melebihi toa mesjid itu.

“KALO KAMU GAK SIAP 10 MENIT LAGI AKU KETAMAN SENDIRI.” Rasya yg mendengar itu hanya cemberut dan berlalu kekamar mandi. 

Alea sedang menonton tv di rumah Rasya sambil menunggu Rasya siap. Namun dia bingung biasanya rumah ini selalu ramai. 'Ke mana semua orang,' batin Alea saat melihat kesegala penjuru. 'tidak ada siapa siati.' Matanya terus bergerak ke sana kemari hingga dia melihat sebuah map di samping tv dengan nama lengkap Rasya yang tertera disana. 'Apa ini kok nama Rasya, aku buka gak papa lah ya' saat ingin membukanya Rasya sudah merampasnya dan berlari kekamar bundanya. 

“Rasya itu apa aku mau liat.” namun Rasya tidak memperdulikan Alea yg terus menggedor kamar bundanya. 

Pintu terbuka dan Rasya keluar sambil berseru “Ayo, kita ke taman.”,

“Iss!!! Rasya tadi itu map apa? Isinya apa? kasih tau dong?” Rasya tidak menjawab dia berjalan sambil menggandeng tangan Alea membawanya ketaman dekat rumah mereka. 

Sesampai di taman mereka langsung tidur di rumput seperti biasanya dengan tangan sebagai bantalnya. Selalu seperti itu hingga senja menghilang. Tidak ada yg berbicara hanya ketenangan yang ada disana. Bahkan mereka pernah tertidur disana hingga malam. Namun aneh nya saat mereka bangun sudah ada diatas kasur masing-masing. Yah, seperti itulah mereka saat senja tiba mereka hanya menikmatinya bersama.

“Alea, kalau misalnya kita berpisah kamu masih mau kan liat senja sampai habis sendirian.” Rasya bertanya dengan hati-hati takut sahabatnya berfikiran aneh walau sebenarnya iya sih.

Alea hanya melirik Rasya sekejap lalu menatap langit lagi lalu menghembuskan nafas panjang “Aku akan di sini menunggumu kembali, aku tau kamu akan pergi jauh dariku entah kenapa aku takut mimpi itu menjadi kenyataan," ucap Alea lirih. Rasya terkejut saat Alea mengucapkan kalimat itu spontan langsung melirik Alea yg sedang memejamkan mata. 'apa dia sudah tau semuanya, apa dia sudah baca isi map tadi? Ahh, tidak mungkin, tidak Alea jangan sampai tau, Alea gk boleh tau soal itu.' Rasya menggeleng kepalanya cepat dan berlari meninggalkan Alea sendirian disana.

Alea yg melihat Rasya berlari hanya bingung dan masih menatap punggung Rasya yg semakin menjauh. Alea bangkit dan pulang dia tidak kerumah Rasya. Dia tau Rasya ingin sendiri. 

Sesampainya di rumah Alea terkejut karena bunda Rasya dirumahnya sambil menangis dipelukan mamanya. 

“Aku gk bisa kehilangan Rasya. A..a..aku uda coba segala cara taa.. ta.. tapi dokter bilang umurnya gk akan lama lagi.” ucap bunda Rasya sambil menangis, Alea menegang dan jantungnya berdegup kencang kala mendengar itu. 

“Bunda.” lirih Alea yg sudah terduduk lemas dilantai. Mereka terkejut karena tidak menyadari kehadiran Alea dibelakang mereka. Mereka saling tatap dan langsung memeluk Alea. Alea hanya menangis dipelukan mamanya dan bunda Rasya. 

“Co..co..coba jelaskan ke Alea maksud dari perkataan bunda tadi.” ucap Alea sambil terisak. 

“Kamu tanya sama Rasya ya sayang biar dia yg kasih tau kamu.” Alea menggeleng cepat dan berlari kekamarnya. Mereka hanya menghembuskan nafas pelan.

“Alea hanya perlu waktu untuk mengerti semuanya” ucap Rubi mama Alea menyakinkan. 

“Aku harap gadis itu menerima semua takdir ini.” lirih Sekar bunda Rasya. 

Alea. Gadis itu terus menangis ucapan bundanya terus terngiang di kepalanya. Dia memanggil bunda Rasya dengan sebutan yg sama seperti Rasya begitu juga sebaliknya. Isakan gadis itu terhenti kala sang mama yg terus mengetuk pintu kamarnya. 

“Ada apa, ma?” ucap Alea yg hanya mengeluarkan kepalanya dari pintu. 

“Boleh mama masuk?” Alea membuka pintu lebar, mama langsung masuk sambil tersenyum manis kepada Alea. Pintu kembali ditutup dan Alea kembali menangis tapi kali ini ia menangis dipelukan sang mama. 

“Mama tau ini berat buat Alea, mama tau Alea gak percaya semua ini kan. Tapi ini ema...” 

“Rasya sakit apa, ma?” potong Alea sambil menatap wajah mama nya. Mama menghembuskan nafas pelan lalu tersenyum sambil mengusap lembut kepala Alea

“Mama gak bisa jawab sayang” lirih sang mama 

“Mama uda janji sama Rasya sayang, mama cuma mau 1 hal dari kamu.” 

“apa?”

“mama harap kamu bisa terus bersama Rasya dan jangan menangis dihadapan Rasya.” 

“Alea bakalan coba buat tersenyum dihadapan Rasya, ma.” gadis itu tersenyum tipis lalu melanjutkan ucapannya sambil tertunduk  “Jadi, ini alasan Rasya gak pernah ada pas pulang sekolah. Ini alasan Rasya cuma bisa main pas hari libur aja, ma?” gadis kecil itu kembali menangis saat mengetahui semuanya. Hingga dia tertidur pulas namun airmatanya masih menghiasi wajahnya. Mama yang melihat itu langsung menitikkan airmata sambil membenarkan tidur putrinya. 

Sebulan berlalu hubungan Rasya dan Alea masih seperti biasanya. Alea mengikuti saran mamanya 'tetap tersenyum didepan Rasya' itulah yg membuatnya kuat. 

Gadis itu bersenandung kecil sambil melompat lompat girang, karna mengingat kenangan dia bersama Rasya dan melupakan sejenak tentang penyakit Rasya. Alea mau menanyakan tentang itu, tapi dia nunggu waktu yang tepat karena saat mengingat itu dia langsung menangis. 

Dihari Minggu seperti biasa mereka berdua berada ditaman tidur dirumput dan menantikan senja tenggelam.

“Sya” panggil gadis itu pelan dan masih menatap langit. Rasya hanya berdeham tanpa membuka matanya. “Sebelum kau benar-benar pergi dari hidupku, bolehkah aku meminta sesuatu?” Rasya langsung menatap gadis disampingnya dan lalu duduk. Dia memejamkan mata lalu menghembuskan nafas kasar, 

“Kamu Uda tau semuanya ya” kekeh Rasya namun terdengar lirih. 

“Kenapa kamu gak bilang sya, kenapa?” gadis itu kembali menangis, Rasya langsung memeluk Alea. Nyaman itu lah yg dirasakan Alea pelukan Rasya selalu bisa menenangkannya. 

Seminggu setelah kejadian ditaman itu Rasya tidak pernah berada dirumahnya. Alea selalu menanyakan kabar Rasya kepada mamanya 'mama juga gak tau kemana Rasya sayang' itulah kata yang selalu keluar dari mulut sang mama. 

Berhari-hari tanpa Rasya, gadis itu selalu murung dan selalu menangis setiap senja tiba. “Alea, kalau misalnya kita berpisah kamu masih mau kan liat senja sampai habis sendirian” kata ini selalu mengingatkan Alea tentang Rasya. 'Kemana dia? Apa dia baik? Bagaimana keadaan? Apa dia melihat senja juga?' kata ini yang selalu terucap saat senja tiba. 

“ALEAAAAAAAA” jerit anak laki-laki yg Alea kenali suaranya, suara yang selalu Alea rindukan, suara yg slalu Alea nantikan. Saat Alea melihat kebelakang dia melihat Rasya tapi 'Apa yang terjadi sama Rasya? Kenapa Rasya naik kursi roda? Siapa wanita yang bersama Rasya?' pikiran Alea berkecamuk. 

Dia hanya mematung ditempatnya membuat Rasya mengernyit heran 'Apa Alea tidak mau berteman denganku lagi? Apa Alea benci liat aku seperti ini?' masih banyak pertanyaan di kepala Rasya. Kursi itu terus terdorong hingga dia pas di depan gadis itu. 

“Maaf...” ucap Rasya lirih

“Kamu uda taukan aku yg sekarang, mungkin kamu juga gk mau main lagi samaku...” sambungnya lagi terdengar pilu.

“Kamu kemana aja, aku selalu kesini setiap hari tapi kamu gk pernah ada Sya...” Alea memeluk Rasya sambil menangis. 

“Pulang yuk, liat senjanya uda habis. Aku mau ngomong sama kamu” bujuk Rasya sambil menghapus airmata Alea. 

“Ada apa?!” Rasya bingung saat Alea masih tidak bergerak dari tempatnya. 

“Eum,,,, boleh gak aku yang dorong kursinya.” ucapnya malu, wanita paruh baya itu langsung tersenyum manis dan melepaskan pegangannya dari kursi roda itu. Rasya tersenyum lalu mengangguk semangat, membuat Alea memekik kegirangan. 

Mereka berjalan sambil bercanda tawa melupakan sejenak apa yang ada dipikiran mereka masing-masing dan melupakan perawat Rasya. 

Wanita paruh baya itu hanya tersenyum melihat keduanya sangat dekat, mengingat bagaimana pasiennya merengek minta diantar ke tempat itu membuatnya terkekeh pelan. Mereka berceloteh ria tentang apa saja yang mereka lihat sepanjang jalan menuju rumah Rasya. 

“Yeeeeeee,,,,,,,, sampai.” ucap Alea kegirangan sambil menunjuk senyum 3 jarinya. Kursi roda Rasya diambil ahli dari Alea dan Alea tidak keberatan. 

Hening, itulah rumah Rasya sekarang padahal ada ayah, bunda, kedua kakak Rasya, dan jangan lupa adik Rasya yang masih berusia 2 tahun. 

Bunda keluar dari kamar sambil memberikan sebuah map kepada Alea. Alea tau itu map yang ingin ia baca waktu itu, map yang bertuliskan nama MUHAMMAD ROBBY RASYADI, Alea menatap Rasya seketika Rasya mengangguk. Dengan cepat Alea membuka map itu dan membaca isinya. 

Betapa terkejutnya Alea saat tau penyakit lemah Jantung yang di derita Rasya sejak 6 tahun yang lalu. Alea langsung menitikkan airmata dan menatap Rasya, sedangkan yang ditatap hanya menunduk kepalanya. 

“Sya,,” gumam Alea namun masih bisa didengar Rasya.

“Dokter bilang Rasya sudah tidak memiliki banyak waktu. Yang bisa kita perbuat hanya berserah kepada Allah, bunda yakin apapun hasil akhirnya itu adalah yang terbaik buat kita. Rasya punya masalah sama jantung nya sejak usia 4tahun tapi Rasya bilang jangan kasih tau siapapun termasuk kamu, nak,,” bunda menjeda ucapannya sebentar 

“bunda harap kamu dapat menerima keadaan Rasya..” Rasya hanya diam di kursi roda sahabatnya terus menangis di pelukannya ia masih betah mengelus rambut hitam itu. Namun tiba-tiba tangan itu melemah, Alea yang menyadari itu langsung memanggil semua orang. Bunda yang tepat berada di samping Alea langsung menarik Alea kepelukannya dan Rasya langsung dibawa kerumah sakit oleh ayahnya. 

Gadis kecil itu terus menangis dipelukan bunda. Sudah 3jam Rasya berada didalam ruangan itu tapi tidak ada dokter yg keluar. Gadis itu tidak berhenti menangis sedari tadi bunda hanya bisa memeluk dan mengelus lembut kepala gadis itu. 

Dokter keluar dan semua orang berdiri 

“Maaf,,,” dokter menjeda ucapannya sambil menghela nafas panjang “kami sudah melakukan yang terbaik tapi Allah berkehendak lain. Rasya telah meninggalkan kita semua.” semua nya langsung menangis gadis itu terduduk dilantai rumah sakit. 'tidak ada salam perpisahan, tidak ada kata terakhir buatku darimu' batin gadis itu, ia tidak lagi menangis tapi tatapannya kosong pikirannya berkelana entah kemana. 

Hingga pemakaman Rasya gadis itu hanya diam dan tak lagi mengeluarkan airmata. Namun, saat tanah memendam sahabatnya ia langsung histeris dan ingin mengeluarkan Rasya dari sana. Mama yg melihat itu hanya bisa memeluk erat Alea. 

Alea teringat permintaan Rasya melihat senja sendirian dan itu yang slalu dilakukan Alea setiap hari. 

Semua telah berakhir, semuanya telah usai, kisah persahabatan yg bahagia itu usai. Namun tidak untuk setiap hari tentang senja. Gadis itu selalu melihat senja sendirian dan kadang menangis.

“Jadi, bagaimana dengan kak Alea sekarang, Bun?” Ya, Andre adik dari Rasya yg sekarang berumur 13tahun itu bertanya pada bundanya kisah tentang dua sahabat itu.

“Masih sama seperti hari dimana Abang kamu dikebumikan, Alea selalu melamun, mengurung diri, melihat senja hingga usai sambil menulis semua tentang dirinya dan Rasya, tidak ada perpisahan terakhir dari Rasya buat Alea, tidak ada pelukan terakhir Rasya untuk Alea” bunda bercerita sambil menangis sesenggukan mengingat semua tentang persahabatan Alea dan putra nya. 

“Apa kak Alea gak mau melupakan Abang, bun?” gumam Andre namun terdengar di telinga bundanya.

“Bunda gak tau nak. Tapi yang bunda tau tentang Alea gadis itu tidak pernah tertawa bahagia di depan oranglain sejak kepergian Rasya, gadis itu terkadang tertawa sambil melihat senja namun tawa itu terdengar menyakitkan” 

“Uda 11 tahun dan kak Alea belum bisa melupakan Abang?” tanya Andre, bunda tersenyum memejamkan mata sebentar sambil menarik dan menghembuskan nafas panjang

“Gak semudah yang kamu bayangkan sayang, bunda hanya berharap gadis itu bisa menemukan kebahagiaannya suatu saat nanti.” Andre menatap bundanya sebentar dan menghela nafas. 

“Bunda ingin lihat Alea tertawa seperti dulu saat Rasya masih ada disini tapi itu semua gak mudah sayang. Gadis itu memberi jarak kepada semua orang, bahkan keluarganya sendiri," lanjut bunda sambil menatap manik mata anaknya itu. 

“Oke, Bunda harus pergi arisan. Kamu jaga rumah.” Andre tersenyum saat bunda mengecup keningnya. 

Persahabatan mereka abadi, walau mereka tak bisa bersama lagi. Batin Andre sambil tersenyum dan lalu memejamkan matanya.

 

Enjoyed this article? Stay informed by joining our newsletter!

Comments

You must be logged in to post a comment.

Penulis
Tulisan Baru
Feb 19, 2024, 12:11 PM - Ruang Sekolah
Feb 19, 2024, 12:09 PM - Ruang Sekolah
Feb 19, 2024, 12:05 PM - Ruang Sekolah
Feb 19, 2024, 12:03 PM - Ruang Sekolah
Feb 19, 2024, 11:59 AM - Ruang Sekolah