SEMINAR HUJAN

 

SEMINAR HUJAN

Enam bulan telah berlalu dan satu semester pun telah berlalu juga. Tibalah saatnya anak-anak perantauan yang menuntut ilmu ke kota dari latar belakang daerah yang berbeda-beda kembali ke kampung masing-masing setelah enam bulan lamanya berjibaku dengan tugas-tugas kampus yang membuat komunikasi dengan orang tua di kampung menjadi terhambat dan menimbulkan kerinduan yang amat dalam. Namun, sebagian mahasiswa memilih untuk menunda libur, menunda kepulangan dengan niat mencari pengalaman kerja yang menyediakan jasa mereka, minimalnya pekerjaan yang tidak terikat waktu kontrak dan pelayanan jasa yang tidak terlalu berat. Anisa salah satunya, menunda kepulangan untuk mencari pengalaman dengan menyediakan jasa penerjemah bagi siapa saja yang membutuhkan.

Subuh yang dingin, di barengi rintik hujan yang tidak sangat deras dan tidak pula sangat lambat semuanya terkesan biasa-biasa saja sehingga menambah aroma kabut semakin merasuki dada. Bau daun hijau yang terkena air hujan dan tanah yang menjadi tempat terserapnya air menambah bau khas desa semakin merasuk, sangat jarang aroma-aroma seperti ini di dapatkan di daerah perkotaan. Biasanya pula, hujan di pagi hari dengan suasana yang teramat sejuk, membuat daya tarik kasur semakin kuat dan sangat jarang yang bisa mengabaikan daya tarik itu.

Anisa setelah melakukan kewajiban di waktu subuh, kembali masuk ke dalam dekapan selimut yang hangat dan kasur yang nyaman, tak ada rencana hari ini karena sejak dua hari yang lalu pelanggan terakhir sudah tidak membutuhkan jasanya lagi, yang dia tahu sekarang adalah waktu yang tepat untuk beristirahat, bermalas-malasan setelah beberapa hari yang lalu di sibukkan dengan tugas-tugas kampus menjelang final kemudian di sibukkan pula dengan pelanggan terakhir.

Diapun perlahan menutup matanya, setelah sebelumnya membayangkan betapa indahnya masa lalu, masa saat kecil di mana pikirannya pada saat itu hanya tentang hari ini, tidak memikirkan hari esok, lusa, minggu depan, bulan depan ataupun tahun depan, bebas berkelana saat hujan bersama teman-teman. Dulu, hujan adalah keajaiban yang di nanti-nanti bagi anak-anak kecil di kampung, dengan hujan eksplorasi kampung menjadi lebih bermakna seolah kampung bertambah luas dan indah saat hujan, dengan hujan pula membawa pertemanan semakin meluas tak peduli berapa kali kesalahan-kesalahan di buat saat musim kering semuanya akan kembali ceria dan ramah saat hujan turun.

Namun saat usia semakin bertambah dan sikappun semakin menyerupai kedua orang tua, bermain di bawah hujan atau bahkan berjalan di bawah hujanpun bukan lagi sesuatu yang indah, hujan seolah menjadi penghambat aktifitas, membuat segala sesuatunya menjadi susah untuk di jalankan, semuanya terasa lebih berat jika hujan turun. Kemudian dring...dring...dring... dering telepon genggam Anisa membuyarkan konsentrasinya yang berusaha tidur. Di ambilnya dengan malas telepon genggamnya, kemudian di perhatikan layarnya dengan mata yang setengah tertutup, telepon genggamnya masih berbunyi tanpa berusaha menjawabnya Anisa kembali menyimpannya dan menenggelamkan wajahnya ke dalam bantal empuk yang terkadang membuat lehernya sakit saat bangun.

Beberapa kali telepon genggam yang berdering diabaikan, namun yang terakhir kali sudah sangat mengganggu tidurnya. "Iyaa halo, Assalamualaikum" ucap Anisa dengan nada malas.

"Good morning ms, sorry for disturbing your time. Am I talking with Ms. Anisa?" Anisa mencoba bangkit dari zona nyamannya, menimbang-nimbang kalimat yang di dengarnya.

"Yes, I am Anisa with whom am I talking?" 

"I am Bob the lead of Japan International Club. Your friend ms.Serli has recommended you to be our guide in Japan International Seminars today. Could you handle it?"

"Wait a minute sir, I really don't understand. You invited me to be guide in Japan International Seminars but I don't know much about Japan."

"Yes, ms. we understand it, so we don't ask you to explain all about Japan to our hosts, you need only to translate Indonesia language to English. So actually, our seminar is about Japan but some directions are still written in English, we don't have many translators here so we called ms.Serly but she said she is busy, so she recommended you. So, your job is only translation from English to Indonesia."

"Owh, I got it mr."

"so, could you handle it? we are really need your hand."

"with my pleasure, I really want to handle it mr. So, what time the seminar will be started?"

"ok, thank you so much. Our seminar will be started at 09.30 a.m at Convention Beach Building. Please, wear black and white clothes so we are easly to know you."

"Ok mr, I'll be there within several minutes."

"Thank you, Ms. See you."

Percakapan bermutu di pagi hari yang membawa sebuah rejeki bagi Anisa. Dia tampaknya bersemangat namun di sisi lain medan magnet yang berasal dari kasur terus menarik badannya untuk kembali tertidur, namun jam mengingatkannya, janjinya untuk melaksanakan tugas adalah 09.30 pagi, sementara sekarang jam telah menunjukkan pukul 08.50 pagi, sisa sepuluh menit lagi jam sembilan, memang masih ada empat puluh menit lagi namun perjalanan dari kosan Anisa ke Convention Beach Building mengambil waktu sekitar sepuluh menit lebih, akhirnya medan magnet tersebut terlupakan, buru-buru Anisa mempersiapkan diri dan hal-hal yang di butuhkan untuk di bawa ke seminar tersebut.

Pukul 09.25 Anisa telah tiba di parkiran CBB dan bersegara masuk ke dalam gedung, mencari panitia dan bertemu dengan Mr. Bob seseorang yang telah meminta jasanya. Setelah bertemu, Anisa di arahkan untuk masuk ke ruangan seminar sambil mengenakan ID Card Translator agar para tamu lebih mudah untuk meminta bantuannya.

Dari luar nampaknya ruangan seminar hanya biasa-biasa saja, namun semua berubah takjub saat memasuki ruangan seminar. Jalanan yang di bentuk menyerupai pegunungan dan pedesaan di Jepang di sertai deretan replika pohon sakura yang berbaris rapi di sisi kanan dan kiri jalan, guguran-guguran kelopak bunga sakura yang berjatuhan dari atas ruangan seolah menambah kesan musim semi di Jepang. Apabila pandangan di arahkan lebih ke dalam lagi, lukisan gunung Fujiyama yang sangat besar menambahkan kesan nyata bagi siapa saja yang melihatnya, sangat indah dan benar-benar indah. Guguran-guguran kelopak bunga sakura terus berlangsung selama berada dalam ruangan seminar.

Tak hanya ingin menikmati pemandangan Jepang dari arah pintu masuk, Anisa berjalan ke dalam lagi kemudian di sambut dengan lima gadis Jepang yang masing-masing mengenakan Kimono baju tradisional khas Jepang yang membuat mereka nampak anggun dan sangat cantik. Mereka dengan mata sipit, kulit putih bersih dan bersinar, serta wajah yang tak pernah lepas dari senyuman, menambah kesan ramah pada penduduk Jepang. Sembari Anisa berjalan masuk mereka selalu mengucapkan "Arigato" sambil membungkuk.

Anisa terus berjalan, hingga tiba di stand makanan khas Jepang. Lebih indahnya lagi, semua makanan yang di sediakan gratis untuk pengunjung. Mata Anisa semakin terbelalak melihat jejeran-jejeran makanan yang sangat enak dan mahal yang di kemas sangat cantik menambah rasa penasarannya untuk cepat-cepat mencicipi. Tentunya tidak hanya satu, lebih dari sepuluh jenis makanan khas Jepang di cicipi oleh Anisa yang meninggalkan kesan rakus tentunya, namun dia tidak peduli, tak satupun orang yang mengenalinya di seminar ini. Saat tengah menikmati makanan, seorang gadis Jepang yang berpakaian Kimono hitam dengan motif bunga sakura menghampirinya, mengajaknya ke stand Kimono, awalnya Anisa sangat berat untuk berpindah karena sejujurnya dia yang belum sarapan membutuhkan tenaga ekstra untuk seharian di seminar ini, namun ajakan dari gadis Jepang tersebut membuatnya tak kuasa untuk menolak.

Sambil di gandeng dengan gadis Jepang tersebut menuju stand Kimono, Anisa terus-menerus takjub dengan guguran kelopak-kelopak bunga sakura yang tidak berhenti, di tambah lagi dengan tetesan-tetesan salju tipis yang tentunya juga hanya replika dari mesin pembuat salju menambah kesan lebih indah lagi. Kini Anisa dan gadis Jepang telah sampai di stand Kimono. Buru-buru si gadis Jepang memilihkan Kimono yang cocok setelah menemukan si gadis Jepang langsung menyuruh Anisa untuk mengganti pakaiannya. Setelah selesai Anisa kini tampak sangat cantik dengan balutan Kimono berwarna biru bermotif bunga sakura berwarna pink, sangat cantik dan anggun. "Wah you are so beautiful" ucap si gadis Jepang

"Hey, you know to speak English," ucap Anisa terkejut.

"Ya. Ssayya, juga bissa bahassa Indonesia." Terbata-bata si gadis Jepang berbicara dalam bahasa Indonesia.

"Kamu sangat cantik," lanjut si gadis Jepang.

"Thank you. What is your name?" tanya Anisa yang menggebu-gebu, sangat jarang dia bisa berkenalan dengan turis asal Jepang.

"Oh tolong, berbahassa Indonessia. Saya ingin melatih bahasa Indonessia saya" ucapnya sambil tertawa

"haha. Baiklah. Namamu siapa?" 

"Nama ssayya Yuko. Kalau kamu?" tanyanya sambil mengulurkan tangan.

"Saya Anisa."

Perkenalan merekapun membawa kearaban yang menyebabkan Yuko si gadis Jepang menjadi pemandu khusus untuk Anisa. Sembari Anisa menerjemahkan bahasa Indonesia ke Bahasa Inggris ataupun sebaliknya pada turis-turis lain, Yuko juga sangat antusias menjelaskan budaya-budaya Jepang padanya. Tidak hanya di situ, Yuko membawa Anisa ke sebuah replika kolam indah yang mengalir air jernih darinya, di kelilingi bunga-bunga indah di luar kolam tersebut, di dalam kolam terdapat beberapa ikan mas koi yang menjadi ikon dari masyarakat Jepang, sekaligus menjadi primadona hewan peliharaan masyarakat Jepang. 

Di satu sudut kolam tersebut, beberapa orang memegang koin sambil menutup mata seolah sedang membatinkan keinginan mereka setelah itu mereka membuka mata lalu melempar koin ke dalam kolam sambil membelakangi kolam. Penasaran Anisa menanyakan hal tersebut pada Yuko, dari penjelasannya, itu adalah kolam keinginan, kolam yang bertugas mewujudkan harapan orang-orang yang melempar koin ke dalam kolam dengan cara membelakangi kolam. Semakin penasaran, Anisa pun tertarik untuk mencoba, dia di berikan koin khusus dari Yuko yang di beri nama koin harap. Anisa naik ke bagian tertinggi dari kolam, membelakanginya lalu menutup mata sambil membatinkan harapannya, setelah selesai dia pun mencoba melempar koin tersebut, namun, naasnya, sebelum berhasil melemparkan koinnya, tiba-tiba saja tempat tertinggi yang di pijaki Anisa di dekat kolam tersebut tiba-tiba bergoyang dan membuatnya kehilangan keseimbangan. Kemudian dalam hitungan detik, Anisa jatuh ke kolam yang terasa amat dalam, terus jatuh tanpa merasakan kapan ujung kolam akan menyentuh punggung atau kakinya.

Lalu...

Tok Tok Tok. Anisaaaaa, woi Anisaaa bangun!!! Jangan tidur mulu!!!

Suara ketukan pintu dan teriakan yang teramat keras rupanya membangunkan Anisa dari mimpi Indahnya.

 

 

Enjoyed this article? Stay informed by joining our newsletter!

Comments

You must be logged in to post a comment.

Tulisan Baru
Feb 19, 2024, 12:11 PM - Ruang Sekolah
Feb 19, 2024, 12:09 PM - Ruang Sekolah
Feb 19, 2024, 12:05 PM - Ruang Sekolah
Feb 19, 2024, 12:03 PM - Ruang Sekolah
Feb 19, 2024, 11:59 AM - Ruang Sekolah