Apakah kalian sebelumnya pernah menulis puisi Patidusa? Puisi ini adalah puisi kontemporer yang baru saja dipublikasikan pada tanggal 09 Agustus 2015 oleh Agung Wibowo.
Kemudian, puisi ini masuk beberapa deretan puisi kontemporer yang diciptakan oleh penyair era 20-an. Makanya, terdapat beberapa perbedaan dari puisi klasik pada umumnya, yaitu terletak pada bagian tipografi puisinya.
Baca Juga: Pengantar Ilmu Puisi
Namun, tidak mengurangi eksistensi atau nilai yang tergantung dalam puisi tersebut sehingga dunia perpuisian di Indonesia tetap bergerak menuju revolusi sastra.
A. Pengertian Puisi Patidusa
Patidusa merupakan singkatan dari empat tiga dua satu. Pada tanggal 9 Agustus 2015 adalah awal terciptanya sebuah puisi genre baru yang bertajuk Puisi Patidusa di media jejaring sosial Facebook. Kemudian, diproklamirkan pada tanggal 27 Agustus 2015.
Puisi ini adalah hal ciptaan Agung Wibowo dari hasil evolusi sebuah format lainnya yaitu Puisi Lipatdus. Dan salah seorang teman sesama pemuisi, yaitu saudara Agus Supriyadi menamakan puisi ini dengan Patidusa dikarenakan memiliki format 4 kata, 3 kata, 2 kata, dan 1 kata.
Baca Juga: Puisi Romantis: Pengertian, Unsur dan Cara Membuatnya
B. Jenis Puisi Patidusa
Puisi Patidusa ada 4 formasi bentuk :
1. Patidusa Asli/Original
4-3-2-1, 1-2-3-4, 4-3-2-1 dst.
Contoh:
JELITAKU
Cantik berlekuk halus sempurna
Jengkal indah wajahmu
Biarkan kuraba
Diamlah!
Bahagia
Siratkan makna
Kebisuan penuhi rongga
Menatapmu, desirkan relung dada
Sekuat janji terikat padu
Berpeluk erat menyatu
Arungi bahteraku
Jelita
2. Patidusa Bias
1-2-3-4, 4-3-2-1, 1-2-3-4 dst
Contoh:
Diamlah!
Biarkan kuraba
Jengkal indah wajahmu
Cantik berlekuk halus sempurna
Menatapmu, desirkan relung dada
Kebiusan penuhi rongga
Siratkan makna
Bahagia
Jelita
Arungi bahteraku
Berpeluk erat menyatu
Sekuat janji terikat padu
Baca Juga: Imajinasi dalam Diksi
3. Patidusa Cemara
1-2-3-4, 1-2-3-4, 1-2-3-4 dst
Contoh:
Diamlah!
Biarkan kuraba
Jengkal indah wajahmu
Cantik berlekuk halus sempurna
Bahagia
Siratkan makna
Kebisuan penuhi rongga
Menatapmu, desirkan relung dada
Jelita
Arungi bahteraku
Berpeluk erat menyatu
Sekuat janji terikat padu
4. Patidusa Tangga
4-3-2-1, 4-3-2-1, 4-3-2-1 dst
Contoh:
Cantik berlekuk halus sempurna
Jengkal indah wajahmu
Biarkan kuraba
Diamlah!
Menatapmu, desirkan relung dada
Kebiusan penuhi rongga
Siratkan makna
Bahagia
Sekuat janji terikat padu
Berpeluk erat menyatu
Arungi bahteraku
Jelita
Baca Juga: Puisi Proasais: Pengertian, Ciri-Ciri, dan Cara Membuatnya
C. Cara Membuat Puisi Patidusa
Format Patidusa memiliki keindahan bentuk yang terdiri dari sayap dan kerucut. Kekhasan puisi ini bisa dibaca terbalik dari baris bawah ke atas pada baitnya tanpa mengubah makna.
Bentuk standar patidusa:
A A A A
B B B
C C
D
E
F F
G G G
H H H H
Puisi Patidusa terdiri minimal 2 bait dan 4 formasi. Ketika seorang penulis merasa kurang cocok pada penggunaan salah satu format, maka bisa mengubah karyanya itu ke bentuk formasi lain sampai menemukan kecocokan dengan cara membalik formasi baris pada baitnya. Berdasar ketentuan estetika rasa rima runut dan imaji sebuah puisi.
Baca Juga: Toeri Puisi Akrostik Lengkap Pengertian, Jenis, dan Cara Membuatnya
D. Ketentuan Format Patidusa
1. Puisi Patidusa bukanlah puisi pemenggalan kalimat. Baris baitnya saling melengkapi satu sama lain seakan memiliki makna mandiri yang menjelaskan atau dijelaskan oleh baris sesudah atau sebelumnya.
2. Hindarilah kata hubung pada kalimat akhir baris karena akan menimbulkan konotasi pemenggalan kalimat yang menggantung makna.
Contoh salah:
Aku
Renta yang
Hina dina antara
Sepanjang jalan lintas berliku
Kalimat puisi di atas adalah seolah dipaksakan untuk berformat patidusa dan bisa dipanjangkan menjadi "Aku renta yang hina dina antara sepanjang jalan lintas berliku".
3. Patidusa tidak menggunakan tanda elipsis pada puisinya dan digantikan dengan tanda koma (,) saja. Alasan tidak digunakannya karena akan disalah artikan dalam bentuk sebuah puisi yang kurang memiliki keindahan pada kalimat puisinya. Sebagai contoh salah:
.... .... ..... ....
.... .... ....
.... ....
....
Kau
Indah sekali
Mewarna pelangi diam
Tiada kata terucap asa
Keterangan: bait 1 adalah elipsis.
4. Pada pengulangan kata sempurna dan atau yang berawalan depan, dihitung 1 kata majemuk.
Sebagai contoh;
Awan-awan
Angin-angin
Orang-orang
Berbaris-baris
Meratap-ratap
Boleh juga ditulis tanpa tanda hubung atau sesuai ketertiban dan keindahan tulisan saja. Semisal;
Awanawan
Anginangin
Orangorang
Berbarisbaris
Meratapratap
Berbeda dengan pengulangan kata yang berubah bentuk, dan atau berawalan pada akhir kata karena dihitung 2 kata. Semisal;
Hilir mudik
Hitam putih
Macam ragam
Antah berantah
Penulis: Novi Nur Islami, Ihya Nur Fawa'id, Arieska Dwi Sukmawati
You must be logged in to post a comment.