Sebagai seorang insan sangatlah penting untuk memperhatikan perangainya dari waktu ke waktu yang dalam perjalanan itu kehidupan manusia pasti mengalami banyak perubahan dari berbagai faktor kehidupan.
Kemajuan peradaban terkadang menimbulkan pergeseran terhadap perilaku yang justru dapat mempengaruhi perangai perorangan maupun kelompok. Juga dalam mengikuti perkembangan zaman terkadang banyak hal-hal yang dapat menyebabkan kemerosotan akhlak sehingga menimbulkan akhlak yang buruk serta perilaku tercela.
Baca Juga: Akhlak Rasulullah Sebagai Solusi Darurat Pendidikan Karakter di Indonesia
Terdapat dalam kitab suci umat Islam yaitu Al-Qur’an juga mengemukakan dan memberi peringatan tentang akhlak-akhlak buruk dan tercela yang dapat merusak iman seseorang dan pada akhirnya juga menjadi pemicu rusaknya kepribadian dirinya serta kehidupan masyarakat.
Salah satu sifat tercela yang dapat merusak iman serta rentan terjatuh dalam kesyirikan ialah riya.
Riya ialah melakukan suatu amalan agar orang lain bisa melihatnya kemudian memuji dirinya, mengerjakan amal shalih hanya ingin mendapatkan penilaian dari manusia melainkan bukan dari sang Maha Pencipta.
Baca Juga: Menjinakkan Paham Radikalisme dan Terorisme Dengan Kultur Pesantren
Riya merupakan salah satu penyakit hati yang tidak jelas mengenai keberadaannya, karena kapan pun dan di mana pun seseorang hamba hendak beramal sifat riya ini akan selalu muncul secara tiba-tiba.
Perbuatan riya juga ada yang sifatnya samar-samar ini juga berbahaya dan bisa menghabiskan segala amal ibadah kebaikan seorang hamba, seperti yang terkandung di dalam Qs. Al- Baqarah ayat 264. yang berbunyi:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia.”
Perbuatan riya juga tergolong ke dalam syirik kecil, serta hukumnya juga menjadi haram sehingga dilarang oleh agama Islam.
Dari Mahmud bin Labid, Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Sesungguhnya yang paling ditakutkan dari apa yang saya takutkan menimpa kalian adalah asy syirkul ashghar (syirik kecil), maka para sahabat bertanya, apa yang dimaksud dengan asy syirkul ashghar? Beliau menjawab: Ar-Riya’ ”.
Namun jika dilihat pada masa sekarang, riya’ sudah merajalela meskipun dari masing-masing individu memiliki kadar yang berbeda namun tetap saja hakikatnya adalah ingin mendapat pujian dari manusia. sifat tercela ini juga sangat berbahaya karena merupakan salah satu dari penyakit hati yang menjadikan pelakunya masuk dalam golongan orang munafik.
Baca Juga: Menjaga Kebersihan Menurut Pandangan Islam, Demi Menghindari Penyebaran Virus Covid19
Riya’ dapat menimpa siapa saja bahkan sekalipun orang mukmin. Terdapat dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah ra, dan diriwayatkan oleh Imam Muslim, Rasulullah SAW mengabarkan bahwa golongan yang pertama kali dihisab adalah yang mati syahid, mempelajari dan mengajarkan ilmu, dan bersedekah. Akan tetapi, Allah SWT justru melempar ketiganya ke dalam api neraka karena amal ibadah yang mereka lakukan tidak dengan niat kepada Allah SWT.
Firman Allah SWT dalam Qs. An-Nisa ayat 142, yang artinya: “Dan apabila mereka (kaum munafikin) berdiri mengerjakan shalat, maka mereka berdiri dalam keadaan malas dan riya’ di hadapan manusia dan tidaklah mereka mengingat Allah kecuali sedikit sekali.”
Sangatlah dahsyat sekali dampak sifat riya terhadap pelakunya. Maka, kita sebagai umat muslim harus bisa membentengi diri serta menjaga seluruh amal shalih kita dari hal-hal yang dapat merusaknya.
Adapun cara agar dapat terhindar dari sifat tercela itu yakni tentunya senantiasa berdoa kepada Allah SWT untuk terhindar dari sifat riya’.
Baca Juga: Aplikasi Aminin, Fitur Quran Trending Topik Maharkaya Indonesia
Sebisa mungkin menyembunyikan segala bentuk amal ibadah dari penglihatan manusia, tumbuhkan rasa takut bahwasanya ibadah akan ditolak jika tidak dikerjakan dengan ikhlas hanya untuk Allah semata, karena yang kita ketahui bersama bahwa syarat amal ibadah di terima di sisi Allah hanya 2 perkara yakni benar tata cara pengerjaannya sesuai tuntunan syariat Islam dan ikhlas dalam mengerjakannya hanya untuk Allah ta’ala.
You must be logged in to post a comment.