Menguraikan Perbedaan Riwayat Hadist Alim Ulama Tentang Turunnya Lailatul Qadar

Hadis Lailatul Qadar

Artinya:

"Dari Imam Malik Ra bahwasanya beliau mendengar dari ahli ilmu menjelaskan, bahwasanya Rasulullah SAW merenungkan umur-umur umat manusia sebelumnya (mencapai ratusan tahun) dibandingkan umur para umatnya yang lebih pendek. Beliau khawatir apakah ibadah umatnya dapat menyamai ibadah umat Nabi dahulu. Akhirnya Allah memberikan Lailatul Qadar yang lebih baik daripada 1000 bulan."

Nabi Muhammad SAW begitu khawatir kepada umatnya di masa yang akan datang, sebab umat di masa depan tidak mungkin dapat menandingi ibadah umat terdahulu. Begitu cinta Rasul terhadap pengikutnya hingga memikirkan kehidupan umat setelah kepergiannya, ia bahkan telah merenungi hal ini sejak berabad-abad lalu sampai menangis ketika bermunajat kepada Allah SWT. Kemudian Allah memberikan Lailatul Qadar kepada umat Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam, jawaban atas doa-doa (permintaan) Nabi Allah.

Baca Juga: The Miracle of Lailatul Qadar

Lailatul Qadar merupakan suatu malam kemuliaan yang lebih baik daripada 1000 bulan--turun pada bulan Ramadan (malam keistimewaan). Kemuliaan itu diberikan untuk umat Nabi Muhammad SAW yang melakukan amal kebaikan pada malam Alqadar. Yang mana, lebih utama melakukan 1 kebaikan saat Lailatul Qadar (kebaikan 1000 bulan) daripada melakukan kebaikan 1000 bulan tanpa malam Al-Qadar itu. Di malam tersebut para malaikat turun atas izin Allah untuk mengatur segala urusan yang ada di bumi, hingga terbit sang fajar. 

Sayangnya, tidak ada yang tahu persis kapan Lailatul Qadar turun. Perkiraan waktu dan tanggalnya pun terbagi menjadi beberapa pendapat di kalangan ulama. Sejumlah hadis hanya menyebutkan malam yang lebih baik dari 1000 bulan itu jatuh pada 10 hari terakhir bulan Ramadan, terutama tanggal ganjil (21 23 25 27 atau 29). Lebih jelasnya, "Carilah Lailatul Qadar di 10 malam terakhir dari bulan Ramadan pada 9, 7, dan malam terakhir yang tersisa." (HR. Bukhari 4/225 dan Muslim 1169).

Hadis ini berdasarkan keterangan Aisyah yang mengatakan, "Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam berikhtiar di 10 hari terakhir bulan Ramdan, ia bersungguh-sungguh ibadah malam itu membangunkan keluarganya serta mengikat sarung."

Terdapat selisih pendapat dengan HR. Abu Daud, dari Mu'awiyah bin Abi Sufyan Radhiyallahu 'anhuma dalam Sahih Sunan Abu Dauwud tentang datangnya Lailatul Qadar, yang menyebutkan "(Dia adalah) malam ke-27." Lalu ada pula HR. Ibnu Umar RA yang mengatakan bahwa beberapa sahabat Rasul diperlihatkan malam Lailatul Qadar dalam mimpi, saat tersisa tujuh hari terakhir. Rasulullah SAW kemudian bersabda: ‘Aku melihat mimpi kalian bertepatan di 7 hari terakhir. Siapa yang ingin mencarinya, carilah ia di 7 hari terakhir.' Menurut Imam an-Nawawi, salah seorang ulama terkemuka dalam madzhab syafi’i berpendapat, Lailatul Qadar jatuh di setiap tahunnya di malam yang berbeda-beda. Pendapat ini berdasarkan ikhtisarnya terhadap berbagai riwayat hadis yang menunjukkan beberapa perbedaan waktu tentang terjadinya malam Lailatul Qadar.

Para ulama memiliki kesimpulan yang berbeda-beda berdasarkan riwayat al-hadist dan pemahaman mereka atas hadist-hadist tersebut. Dalam Kitab Fadhailu Waalami Lailatil Qadar, Imam al-Hafidz al-Iraqi menyimpulkan ada 27 pendapat mengenai waktu terjadinya Lailatul Qadar. Lalu ada beberapa alim ulama yang diberi kesempatan oleh Allah SWT untuk menemui Alqadar, kemudian mencatat pengalaman mereka, termasuk memberi kaidah (kajian) tentang kapan biasanya Lailatul Qadar terjadi.

Hadis Lailatul Qadar

Artinya:

"Rasulullah SAW pernah ditanya tentang tanda-tanda (alamat) Lailatul Qadar, maka beliau bersabda: "Yaitu malam yang terang dan bercahaya, udaranya tidak panas dan tidak dingin, tidak ada mega, tidak ada hujan, tidak ada angin, dan tidak ada bintang yang dilempari. Paginya matahari terbit terang dan tidak berpancaran."

Hadis di atas merupakan sabda Rasulullah tentang beberapa tanda turunnya Lailatul Qadar. Udara dan suasana pagi yang tenang, salah satu tanda-tanda ini di dukung oleh perkataan Ibnu Abbas Radliyallahu’anhu "Rasulullah SAW bersabda: "Lailatul Qadar adalah malam tentram dam tenang, tidak terlalu panas dan tidak pula terlalu dingin, esok paginya sang surya terbit dengan sinar lemah berwarna merah." 

Beberapa tanda lain yaitu malam dengan ciri-ciri yang istimewa. Seperti yang disebutkan dalam HR Ahmad bahwa pada malam Lailatul Qadar, malam itu cerah, terang, seolah-olah ada bulan, malam yang tenang dan tentram, tidak dingin dan tidak panas pula. Pada malam itu tidak terlihat bintang, sampai pagi hari. Selain itu, matahari pagi terbit dengan indah, tidak bersinar kuat, seperti bulan purnama.

Meskipun banyak perbedaan pendapat dari para alim ulama (yang shalih) tentang turunnya Lailatul Qadar pada malam bulan Ramadan, hal ini tidak menjadi perdebatan yang perlu di besar-besarkan. Seperti yang telah disimpulkan oleh para ulama tentang waktu terjadinya Lailatul Qadar, semua pendapat berlandaskan riwayat al-hadist ini dimaksudkan agar kaum muslimin dan muslimat benar-benar tekun beribadah pada bulan Ramadan, tanpa harus terfokus pada satu malam saja. 

Enjoyed this article? Stay informed by joining our newsletter!

Comments

You must be logged in to post a comment.

Related Articles
Mei 22, 2020, 3:58 PM - Annisatul Latifah
Mei 14, 2020, 9:13 PM - Amanda Christiane Utama
Mei 14, 2020, 4:32 PM - Amanda Christiane Utama