Fase remaja merupakan masa transisi dari kanak-kanak menuju dewasa sehingga fase ini kerap kali disebut sebagai masa yang sangat rentan. Anak usia 10-17 tahun memiliki rasa keingintahuan yang tinggi, mencoba berbagai hal baru, dan mencari jati diri di tengah kelompok pertemanan yang ada di sekitarnya.
Di sisi lain, remaja sering kali belum memiliki kematangan emosi sehingga perasaan mereka cenderung labil dan mudah terpengaruh oleh kelompok mayoritas serta tren yang ada.
Dalam hal ini, tuntutan akan pendidikan dan circle pertemanan dapat membawa anak muda ke arah positif atau bahkan sebaliknya. Tak sedikit remaja yang terkena depresi hingga menyakiti diri sendiri karena ketidakmampuan mengelola stres dengan baik.
Menurut Indonesia-National Adolescent Mental Health Survey 2022, sebanyak 15,5 juta (34,9 persen) remaja mengalami masalah mental dan 2,45 juta (5,5 persen) remaja mengalami gangguan mental. Dari jumlah tersebut, baru 2,6 persen remaja yang mengakses layanan konseling.
Sementara Presiden Asosiasi Pencegahan Bunuh Diri Indonesia (INASP), Sandersan Onie menyatakan bahwa gen Z saat ini memang lebih rentan mengalami depresi.
Secara umum, beberapa faktor yang mempengaruhi kondisi kesehatan mental remaja, yaitu hubungan keluarga, pergaulan, perundungan, kondisi ekonomi, trauma, tekanan dan ekspektasi besar dari orang lain.
Jika rasa cemas, stres, dan depresi dibiarkan terus menerus, maka dapat berimplikasi terhadap produktivitas remaja dalam lingkup keluarga, masyarakat, dan negara.
Isu kesehatan mental tidak boleh kita sepelekan. Oleh karena itu, kondisi kesehatan mental remaja yang memprihatinkan perlu menjadi perhatian kita bersama.
Berdasarkan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, terdapat beberapa cara dalam menangani stres dan memelihara jiwa yang sehat, diantaranya menceritakan masalah atau keluh kesah kepada orang yang dipercayai, memikirkan hal positif, melakukan kegiatan bermanfaat sesuai minat dan bakat, menjaga kesehatan dan melakukan aktivitas fisik, serta mendekatkan diri kepada Tuhan. Dengan adanya kemudahan dalam mengakses berbagai informasi di internet, diharapkan semakin banyak masyarakat yang menyadari akan pentingnya menjaga kesehatan mental.
Penulis: Krista Putri Shalom
Sumber Referensi:
Nababan, W. M. C. (2023, February 1). Cita-cita Indonesia 2045 terhalang masalah kesehatan mental remaja. Kompas. https://www.kompas.id/baca/humaniora/2023/02/01/cita-cita-indonesia-2045-terhalang-masalah-kesehatan-mental-remaja
You must be logged in to post a comment.