Pondok Pesantren Darul Ulum merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam yang berada di Desa Rejoso, Kecamatan Peterongan, Kota Jombang, Jawa Timur, Indonesia.
Pondok Pesantren yang memiliki luas 42,5 hektar ini merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam terbesar di Jombang, dimana setiap tahun ajaran baru akan ada banyak santri yang bermigrasi dari berbagai daerah untuk menempuh pendidikan di Pondok Pesantren Darul Ulum.
Hal tersebut juga didukung oleh banyaknya jenis pendidikan yang disediakan dalam lembaga pendidikan Islam tersebut. Selain itu, tempat Pondok Pesantren Darul Ulum sangat strategis karena dekat dengan jalan raya, stasiun kereta, pasar Peterongan, dan berbagai macam penjual dalam lingkungan Pondok Pesantren Darul Ulum.
Saya akan sedikit membahas mengenai sejarah berdirinya Pondok Pesantren Darul Ulum. Pada periode klasik (antara tahun 1885-1937) merupakan masa-masa pembibitan dan penanaman dasar-dasar berdirinya pondok pesantren.
Baca Juga: 6 Syarat Dalam Mencari Ilmu Menurut Kitab Alala
Pemimpin pertama yang pendidikan ini yaitu, KH. Tamim Irsyad dibantu KH. Cholil sebagai mitra kerja dan sekaligus menjadi menantunya. beliau menanamkan jiwa islam yang diaktualkan dalam bentuk sikap dan perbuatan yang nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Berdirinya Pondok Darul Ulum berawal dari kedatangan KH. Tamim Irsyad yang berasal dari Bangkalan Madura ke Rejoso. Beliau adalah murid KH. Cholil Bangkalan.
Ketika beliau datang ke Jombang, demi memperbaiki keadaan ekonomi keluarga KH. Tamim yang memiliki hikmah besar dalam pembelajaran tradisi yang pernah ia terima, ditemukanlah Desa Rejoso, tempat secara naluriah keagamaan KH. Tamim yang amat representatif sebagai lahan perjuangan perjuangan agama islam.
Budaya Tarekat Qodiriyah Wa Naqsabandiyah
Adat adalah sistem norma atau tata kelakuan yang tumbuh berkembang dan dijunjung dalam masyarakat yang membudidaya, secara turun-temurun sehingga memiliki integrasi yang kuat dengan pola perilaku masyarakat.
Baca Juga: Kisah Kewalian KH. Hamid Pasuruan, Ulama Terkenal yang Makamnya Tidak Pernah Sepi
Adat merupakan suatu keyakinan yang dijalankan dan disepakat oleh masyarakat. Adat kelahiran dan di antara keduanya saling berkaitan. Karena adat diturunkan dari generasi ke generasi.
Adat memiliki banyak jenis, salah satunya adalah adat yang kuat dan adat yang lemah. Adat yang kuat adalah adat yang sangat tinggi oleh suatu masyarakat dan sulit dipercaya oleh kepercayaan lain, dan jika pelanggarannya biasanya akan mendapatkan sanksi yang berat.
Sedangkan adat yang lemah adalah adat dijunjung tinggi namun tidak ada sanksi berat jika tidak mengikuti adat tersebut.
Tarekat Qodiriyah Wa Naqsabandiyah adalah kegiatan pengajaran ilmu pengetahuan islam dengan sistem ceramah yang dilakukan turun-temurun oleh warga PONPES Darul Ulum, Rejoso.
Kegiatan ini merupakan budaya keilmuan asli Arab (Mekkah) yang diturunkan dari guru kepada muridnya hingga saat itu pada Syaikh Kyai Haji Muhammad Kholil Juraimy.
Dalam sejarah Kedarul Uluman penjelasan awal membudidayanya kegiatan ini. Dimulai dari berdirinya pondok pesantren Darul Ulum, KH Tamim yang memiliki keilmuan tinggi, mengamalkan dan menyebarkan keilmuannya dari Bangkalan.
Pilihlah tempat lahan yang saat itu merupakan hutan yang dimiliki oleh masyarakat hitam yang jauh dari nilai keislaman.
Baca Juga: Pengertian Isim Nakiroh dan Isim Ma'rifat dalam Ilmu Nahwu
Saat itu, KH Kholil merupakan mitra kerja KH Tamim, dengan amalan tasawuf yang mengajarkan mengajarkan Tarekat Qodiriyah Wa Naqsabandiyah dan diturunkan turun-temurun di PONPES Darul Ulum hingga saat ini.
Budaya tersebut menjadi norma adat, tata kelakuan warga Darul Ulum secara turun-temurun dan juga para santrinya dalam hal pendekatan diri terhadap Tuhan dan keilmuan tasawuf.
Tarekat Qodiriyah Wa Naqsabandiyah adalah kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan diri atau jiwanya sehingga dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT. Budaya tersebut dilaksanakan satu tahun tiga kali, pada 11 Muharram, 15 Sya'ban, dan Bulan Maulid.
Kegiatan tersebut dilakukan di kawasan PONPES Darul Ulum dan paling sering diadakan di Masjid Induk, yang merupakan masjid tertua disana. biasanya kegiatan ini dikunjungi oleh banyak orang dari berbagai kota di Indonesia. Budaya Tarekat Wa Naqsabandiyah di Darul Ulum, Rejoso.
Kegiatan ini biasanya dilakukan dari pagi hingga menjelang sore. Kegiatan ini dilakukan dengan berdzikir, sistem ceramah, tahlil dan istighotsah.
Awalnya kegiatan ini dilakukan oleh dan dari banyak kalangan baik tua maupun muda, namun semakin berkembangnya zaman ada keyakinan atau sebutan dari para santri dan anak-anak muda bahwa kegiatan Tarekat hanya untuk orang tua.
Meskipun memang saat ini lebih banyak orang yang mengikuti kegiatan ini, namun masih ada para santri dan pemuda yang mengikuti dan menggemari kegiatan, budaya, atau adat seperti ini.
You must be logged in to post a comment.